Rabu, 04 Februari 2015

Detektif Tengah Patah Hati




Detektif tengah patah hati. Begitu kiranya suasana yang tergambar di batas malam dan pagi kali ini. Ia yang tak banyak orang yang tau dalamnya hatinya kini kembali dirundung lara. Secuil gertak yang kembali menyeka.

Bukankan cinta adalah jatah wajib dari Tuhan bagi umatnya, lalu mengapa kembali getaran pilu itu ada? Memang tak seberapa, memang tak akan berdampak apa-apa. Tapi bukankah tawa nyata itu benar milik umat manusia dari sang Esa?

Dan detektif kembali patah hati, dibalik layar monitor Ia memanyun-manyunkan bibir tipisnya. Memencet dengan penuh rasa barisan tombol dihadapnya. Inginnya agar dunia mengerti hatinya. Tapi semua hanya sia, karena Ia kini detektif yang tengah patah hatinya. 

Bukankah menjadi detektif itu seperti ini “aku tetap dapat melihatnya tanpa perlu Ia dapat melihatku”, begitu terus gumamnya. Merapal mantra rahasia agar mereda sakitnya. Tapi pilu itu terlanjur ada hampir setengah dekade lamanya. Entah salah siapa, baiknya kau temui detektif yang tengah patah hati itu, memberinya sedikit tawa. Tidak perlu terlampau banyak, asal Ia tak lagi menyentuh luka.