Detektif tengah patah
hati. Begitu kiranya suasana yang tergambar di batas malam dan pagi kali ini.
Ia yang tak banyak orang yang tau dalamnya hatinya kini kembali dirundung lara.
Secuil gertak yang kembali menyeka.
Bukankan cinta adalah
jatah wajib dari Tuhan bagi umatnya, lalu mengapa kembali getaran pilu itu ada?
Memang tak seberapa, memang tak akan berdampak apa-apa. Tapi bukankah tawa
nyata itu benar milik umat manusia dari sang Esa?
Dan detektif kembali
patah hati, dibalik layar monitor Ia memanyun-manyunkan
bibir tipisnya. Memencet dengan penuh rasa barisan tombol dihadapnya. Inginnya agar
dunia mengerti hatinya. Tapi semua hanya sia, karena Ia kini detektif yang
tengah patah hatinya.
Bukankah menjadi
detektif itu seperti ini “aku tetap dapat
melihatnya tanpa perlu Ia dapat melihatku”, begitu terus gumamnya. Merapal mantra
rahasia agar mereda sakitnya. Tapi pilu itu terlanjur ada hampir setengah
dekade lamanya. Entah salah siapa, baiknya kau temui detektif yang tengah patah
hati itu, memberinya sedikit tawa. Tidak perlu terlampau banyak, asal Ia tak
lagi menyentuh luka.