Setelah sekian lama, malam ini aku kembali mencoba
mengkombinasikan tiap huruf menjadi kata dengan jeda. Katanya tanpa jeda, tak
akan tercipta kalimat-kalimat indah di dunia. Makanya kita membutuhkan jeda.
Malam ini aku kembali melihatmu, melihat kamu. Kamu yang
hanya dapat aku rasakan hadirnya dalam diam. Karena meski kita ada di tempat
yang sama pun aku harus tetap menjadi seseorang yang seperti tidak mengenalmu.
Dan kau tahu? Aku masih sama. Dengan segala tanda tanya dan
belum dapat menerima segala sesuatu yang terjadi sampai saat ini. Jadi, kenapa
harus aku?
Dari tembok-tembok itu aku kembali mendengar cerita. Bahwa kamu
memang benar telah bahagia. Dari gambar-gambar disana memang benar, semuanya
tentang tawa. Bahkan Ia telah mampu menghapus semua tentangku dari ingatanmu.
Sedih? Masih,..
Aku sudah berkelana, bahkan ke segala arah di sekitarku. Sepertinya
tiap sudutnya hampir tanpa jeda aku singgahi.
Aku bahkan telah lelah bertanya. Kepada tiap-tiap mereka
yang aku temui. Manusia seperti apakah aku? Hingga melupakan seorang kamu pun
aku tak pernah mampu.
Padahal, sudah jelas semua orang melarangku, menasehatiku
untuk tidak lagi pernah menyentuh sekadar bayanganmu. Tapi kepalaku mungkin
lebih keras dari batu, hingga diriku sendiri pun aku lawan. Untuk seseorang
yang bahkan tak pernah lagi membalikkan badan untuk sekadar melihatku. Memastikan
bahwa aku baik-baik saja kau tinggalkan. Tidak pernah.