Jumat, 18 Oktober 2013

nothing,...


Dan kisah ini masih tentang kami. Kami yang pernah mengukir kisah bersama dan berharap dunia akan memihak kami nantinya. Ini masih tentang kami, kami yang pernah melukis indahnya pelangi setelah hujan itu reda,...

Semburat senyum itu masih disini, tepat disampingku. Menatap birunya langit, menikmati segarnya oksigen tersegar yang pernah aku rasakan saat itu. Aku masih ingat semua detailnya. Semua hal yang pernah kita lakukan bersama. Setiap detik yang selalu aku harapkan untuk selalu mengingatnya.

Pertemuan itu, entah apa yang ada di pikirannya saat itu, yang pasti aku masih selalu dengan semua tanda tanyaku tentangnya, tentang hatinya.... aku heran akan semua tingkahnya, kadang Ia secerah mentari pagi, kadang Ia menghilang tanpa jejak dan meninggalkan semua tanya itu untuk kuterka sendiri.

Entah berapa ratusan ribu kata yang pernah aku ungkapkan untuknya. Entah berapa juta detik yang aku habiskan hanya untuk menanti bahwa akan ada waktunya untuk dia mengerti dan sadar bahwa aku masih ada. Bahwa aku manusia berhati yang juga ingin Ia lindungi. Bukan untuk diacuhkan lalu dengan gampangnya Ia pergi.

Aku memang bukan Ia, bukan mereka yang selalu menjadi tempat Ia mencari bahagianya. Tapi andai Ia tau, tak pernah satu kalipun aku meluputkan namanya bahkan dalam waktu tersibuk yang aku hadapi. Tapi aku tak menyesal, tapi aku telah terlalu kebal. Tentang semua cemoohan orang-orang, tentang tentangan dari teman-teman. Aku terlalu percaya akan hatinya. Entah mengapa.

Berulang kali datang dan pergi, berulang kali jatuh dan bangkit lagi. Masih tentang Ia, masih tentang rasa yang sama. Bahwa hatiku masih begitu dalamnya merindukannya, bahwa duniaku masih tentangnya. Bahkan disaat bukan Ia yang tengah bersamaku.

Entah kalimat siapa, yang pasti aku selalu tersentuh saat mendengarnya sakit itu ketika dua orang yang masih saling menyayangi harus terpisah oleh keadaan Jika benar kupikir itu yang terjadi saat ini. Ketika kami harus saling bersikap biasa saja didepan teman-teman kami.
Ketika rindu itu harus kupendam sendiri,
Ketika membicarakannya didepan mereka menjadi hal paling tabu yang tak boleh aku lakukan,
Ketika aku harus berulang kali melihatnya bersama orang lain,
Ketika Ia seperti tak memiliki masalah saat bersamaku,
Aku lelah akan semua ini, amat sangat lelah,
Ketika berulang kali Ia memintaku untuk bersabar,
Ketika dunia tak lagi memihak kita,
Ketika harus kusembunyikan semua tentangnya,
Bahkan hanya untuk menyebut namanya-pun bukan lagi menjadi hakku...

Andai Ia disini saat ini, aku ingin Ia mendengar hatiku, bahwa aku tak setegar itu, bahwa aku tak sekuat itu, bahwa aku butuh Ia untuk melindungiku, bukan membuatku mencari orang lain untuk melindungiku dari pesakitan olehnya.

Sampai kelak Tuhan mengabulkan do’a-do’a dalam setiap akhir sujudku, aku masih tetap disini dalam semua tanda tanyaku,
Sampai kelak Tuhan kembali mengizinkanku melukis pelangi setelah hujan diakhir senja bersamanya,
Sampai kelak engkau mengerti akan semua ini,

Untuk engkau yang entah kusebut apa,...


Semarang, 18 oktober 2013
-S.A-

0 komentar: