Rabu, 29 Januari 2014

Masih (tentang) Kami



          Dan gerimis itu masih terjatuh dengan mesranya, menyentuh kaki langit dengan melodinya. Membuat tanah kering menjadi basah dan menebarkan aroma khasnya. Gerimis diawal senja, hal paling menyenangkan yang selalu kutunggu. Karena Ia mengingatkanku tentangmu, tentang seseorang yang akan banyak aku ceritakan dalam tulisanku saat ini.
Tentang kamu yang beberapa tahun kebelakang telah berhasil merebut hati dan pikiranku dengan merajalelanya. Tentang kamu yang selalu aku rindu disetiap helaan nafasku. Tentang kamu yang namanya selalu kusebut dalam setiap do’aku. Tentang kamu yang tak pernah henti membuatku belajar untuk selalu tegar menghadapi hidupku sendiri dan selalu menjadi semangatku untuk masadepanku yang telah mereka semua remehkan bahwa aku takkan mampu untuk melaluinya dengan sempurna. Tentang kamu yang setiap detailnya aku ingat dengan sempurna. Tentang kamu yang tak akan pernah berhenti mendapatkan perhatianku. Tentang kamu yang terus sibuk dengan duniamu. Tentang kamu yang namanya terlalu banyak aku tuliskan dalam catatan-catatan usangku. Tentang kamu, yang pernah mengisi hatiku dan akan terus ada disana meski semua orang menentangku,...
          Namanya Rizan, mahasiswa Jurusan Komputer disalah satu Perguruan Tinggi di kotaku. Wajahnya lucu, matanya sipit, kulitnya sawo matang. Tidak terlalu banyak berbeda dengan mahasiswa lelaki lain pada umumnya. Namun Ia selalu bisa membuatku merasa nyaman didekatnya dan tak pernah ada orang lain yang berhasil membuatku seperti itu. Aku pernah mempunyai banyak mimpi bersamanya, aku pernah merangkai hal-hal absurd yang ingin aku wujudkan dahulu saat Ia masih menjadi milikku. Sampai semua kisah pahit itu satu persatu mulai terjadi lembar demi lembarnya untuk kuhadapi sendiri. Tanpanya, tanpa dia yang kuharap mampu menjadi sandaranku, bukan justru pergi dengan sejuta tanya dalam benakku.

Sekitar Agustus 2010
       Aku senyum-senyum sendiri membaca pesan singkat dari dia. Panas dingin rasanya ketika untuk pertama kali aku harus “ketemuan” dengan siswa SMK yang belum pernah aku temui. Namanya Rizan. Mohamad Rizan Hasan. Orang yang sama yang selalu membuatku jatuh cinta berulangkali dengan dahsyatnya. Dulu aku tak pernah memiliki nyali untuk sekedar bertemu dengannya apalagi duduk disampingnya. Aku tak begitu menyukai pembaharuan. Aku tak begitu menyukai adaptasi sampai seseorang masuk kedalam hidupku dan merubah semuanya.

“aku main yha,..”
“kemana?”
“kerumahmu, bolehkan?”
“emmm, aku takut,... aku tak pernah membawa teman lelaki kerumahku selain teman sekolahku, itupun hanya untuk kelompok belajar saja, maaf yha,... L
“tapi aku ingin menemuimu”
“kamu yakin? Aku tak seperti yang kamu pikirkan. Aku tak seperti mereka,.. jika kamu memaksa aku hanya bisa menemuimu di Pos Satpam dekat SMPku. Bagaimana?”
“baiklah tak apa, besok pagi yha,... jam 10 aku main ke kamu”

          Paginya aku tak yakin hal itu dulu benar-benar akan terjadi. Hari itu hari puasa terakhir Ramadhan 2010. Aku ingat betul. Aku benar-benar melakukan hal yang tak pernah aku lakukan.
Sekitar pukul 10.00
”dhe,.. jadi kan?”
“jadi apa yha? Eheheh”
“lahh kamu tuh, jadi ketemuan dong, gimana?”
“ohw, iyha,.. aku tunggu di tempat yang kemarin kita omongin yha,..”
“hmmm,.. oke oke aku kesitu,..”

          Dan aku benar-benar menantinya, menanti ditempat bersejarah itu. Tempat yang masih aku kenang hingga saat ini. Sebuah pos satpam milik SMP yang sederhana. Aku menanti Ia disana. Agak lama aku menunggu seperti apa sosoknya, seseorang yang sudah hampir setahun menemaniku lewat layar ponselku. Seseorang yang kerap kali membuatku senyum-senyum sendiri.
          Setelah beberapa lama aku menantinya, akhirnya Ia datang juga. Dengan mengenakan jaket abu-abu, celana pendek warna cokelat dan sendal jepit apa adanya. Sederhana memang dan yang masih aku ingat sampai sekarang adalah perhatiannya. Aku mulai menyukainya sejak pertama pertemuan itu. Aku mulai merasakan hangatnya kasih sayangnya sejak saat itu. Seseorang yang aku harap tak akan pernah membuatku menangis. Seseorang yang aku harap akan mampu menjadi sandaranku disaat aku lemah.
Gerimis Romantis itu,....
Tepatnya hari Minggu yang aku telah agak lupa tanggalnya. Ia datang menemuiku untuk menemaniku karena kedua orang tuaku tengah menunggui keponakanku di Rumah Sakit.
Dibawah balkon sebuah bangunan bertingkat yang masih dalam proses pembangunan itu kami berdua duduk lesehan dengan beralaskan sendal jepit kami. Dua anak manusia yang tengah dalam proses mencari jati dirinya. Saat itu aku baru beberapa bulan memakai seragam putih abu-abu. Masih segar-segarnya jadi anak SMA. Sedangkan Ia setahun lebih tua dariku, kami berbeda sekolah. Suasana saat itu sungguh takkan pernah kulupakan. Gerimis romantis itu tak akan pernah mampu membuatku meluputkan kenangan tentang dia dalam benakku. Lama kami hanya mematung. Memandangi gemercik air tuhan yang menyentuh kerak bumi yang mulai menua ini. Menikmati melodi alam yang telah tercipta dengan apiknya. Ditemani semilir angin disekitar kami Ia mulai memberanikan diri untuk memulai perbincangan kami. Tak terlalu banyak yang kami perbincangkan semuanya masih agak kaku. Dan akupun belum terbiasa dengan dia sepertinya. Dan untuk pertama kalinya Ia menggenggam tanganku. Canggung rasanya antara ingin aku lepaskan atau tidak. Ia menggenggamku dengan erat genggaman yang hampir sama dengan yang aku rasakan dengan kisah lamaku sebelum Ia yang telah menghilang.
“dhe,.. “
“iyah,.. kenapa? Ada yang ingin dikatakan?”
“hmmm,... iyah tapi mas gapernah ngelakuin ini secara langsung sama siapapun sebelume”
“apa memang? Ngomong aja gapapa,.. J
“kalo mas sayang sama adhe boleh?”
“.... kenapa adhe masih banyak yang lebih baik dari adhe, kita juga baru kenal sekitar seminggu ini”
“lho tapikan kita udah sering smsn dari setahun yang lalu, kamu itu beda dhe, kamu engga seperti cewe-cewe lain yang mas kenal selama ini”
“adhe cuma takut mas cuma pengin mainin adhe, adhe cuma takut nanti mas ninggalin adhe”
“engga dhe mas janji mas bakalan serius sama adhe, mas bakalan jaga adhe, mau yha mulai semuanya dari awal, mau yha jadiin mas orang yang penting dihati adhe”
,.. “

Sejak saat itu aku mulai merindunya, sejak saat itu aku mulai mengasihinya dengan segenap hatiku. Sejak itu aku mulai menjaga hatiku untuknya. Untuk Ia yang telah mulai memberi warna dihidupku.
Semuanya baik-baik saja sampai semua peristiwa menyakitkan itu satu-persatu terkuak oleh keadaan. Sebelum semua itu, kami pernah tertawa bersama, sebelum semua itu kami pernah miliki mimpi yang sama.
Bersambung,…


0 komentar: