Dan gerimis itu masih terjatuh dengan mesranya, menyentuh
kaki langit dengan melodinya. Membuat tanah kering menjadi basah dan menebarkan
aroma khasnya. Gerimis diawal senja, hal paling menyenangkan yang selalu
kutunggu. Karena Ia mengingatkanku tentangmu, tentang seseorang yang akan
banyak aku ceritakan dalam tulisanku saat ini.
Tentang kamu yang beberapa tahun kebelakang telah berhasil merebut hati dan pikiranku dengan merajalelanya. Tentang kamu yang selalu aku rindu disetiap helaan nafasku. Tentang kamu yang namanya selalu kusebut dalam setiap do’aku. Tentang kamu yang tak pernah henti membuatku belajar untuk selalu tegar menghadapi hidupku sendiri dan selalu menjadi semangatku untuk masadepanku yang telah mereka semua remehkan bahwa aku takkan mampu untuk melaluinya dengan sempurna. Tentang kamu yang setiap detailnya aku ingat dengan sempurna. Tentang kamu yang tak akan pernah berhenti mendapatkan perhatianku. Tentang kamu yang terus sibuk dengan duniamu. Tentang kamu yang namanya terlalu banyak aku tuliskan dalam catatan-catatan usangku. Tentang kamu, yang pernah mengisi hatiku dan akan terus ada disana meski semua orang menentangku,...
Tentang kamu yang beberapa tahun kebelakang telah berhasil merebut hati dan pikiranku dengan merajalelanya. Tentang kamu yang selalu aku rindu disetiap helaan nafasku. Tentang kamu yang namanya selalu kusebut dalam setiap do’aku. Tentang kamu yang tak pernah henti membuatku belajar untuk selalu tegar menghadapi hidupku sendiri dan selalu menjadi semangatku untuk masadepanku yang telah mereka semua remehkan bahwa aku takkan mampu untuk melaluinya dengan sempurna. Tentang kamu yang setiap detailnya aku ingat dengan sempurna. Tentang kamu yang tak akan pernah berhenti mendapatkan perhatianku. Tentang kamu yang terus sibuk dengan duniamu. Tentang kamu yang namanya terlalu banyak aku tuliskan dalam catatan-catatan usangku. Tentang kamu, yang pernah mengisi hatiku dan akan terus ada disana meski semua orang menentangku,...
Namanya Rizan, mahasiswa Jurusan Komputer disalah satu
Perguruan Tinggi di kotaku. Wajahnya lucu, matanya sipit, kulitnya sawo matang.
Tidak terlalu banyak berbeda dengan mahasiswa lelaki lain pada umumnya. Namun
Ia selalu bisa membuatku merasa nyaman didekatnya dan tak pernah ada orang lain
yang berhasil membuatku seperti itu. Aku pernah mempunyai banyak mimpi
bersamanya, aku pernah merangkai hal-hal absurd
yang ingin aku wujudkan dahulu saat Ia masih menjadi milikku. Sampai semua
kisah pahit itu satu persatu mulai terjadi lembar demi lembarnya untuk kuhadapi
sendiri. Tanpanya, tanpa dia yang kuharap mampu menjadi sandaranku, bukan
justru pergi dengan sejuta tanya dalam benakku.
Sekitar Agustus 2010
Aku
senyum-senyum sendiri membaca pesan singkat dari dia. Panas dingin rasanya
ketika untuk pertama kali aku harus “ketemuan” dengan siswa SMK yang belum
pernah aku temui. Namanya Rizan. Mohamad Rizan Hasan. Orang yang sama yang
selalu membuatku jatuh cinta berulangkali dengan dahsyatnya. Dulu aku tak
pernah memiliki nyali untuk sekedar bertemu dengannya apalagi duduk
disampingnya. Aku tak begitu menyukai pembaharuan. Aku tak begitu menyukai
adaptasi sampai seseorang masuk kedalam hidupku dan merubah semuanya.
“aku main
yha,..”
“kemana?”
“kerumahmu,
bolehkan?”
“emmm,
aku takut,... aku tak pernah membawa teman lelaki kerumahku selain teman
sekolahku, itupun hanya untuk kelompok belajar saja, maaf yha,... L”
“tapi aku
ingin menemuimu”
“kamu
yakin? Aku tak seperti yang kamu pikirkan. Aku tak seperti mereka,.. jika kamu
memaksa aku hanya bisa menemuimu di Pos Satpam dekat SMPku. Bagaimana?”
“baiklah
tak apa, besok pagi yha,... jam 10 aku main ke kamu”
Paginya aku tak yakin hal itu dulu benar-benar akan
terjadi. Hari itu hari puasa terakhir Ramadhan 2010. Aku ingat betul. Aku
benar-benar melakukan hal yang tak pernah aku lakukan.
Sekitar pukul 10.00
”dhe,..
jadi kan?”
“jadi apa
yha? Eheheh”
“lahh
kamu tuh, jadi ketemuan dong, gimana?”
“ohw,
iyha,.. aku tunggu di tempat yang kemarin kita omongin yha,..”
“hmmm,..
oke oke aku kesitu,..”
Dan aku benar-benar menantinya, menanti ditempat bersejarah
itu. Tempat yang masih aku kenang hingga saat ini. Sebuah pos satpam milik SMP
yang sederhana. Aku menanti Ia disana. Agak lama aku menunggu seperti apa
sosoknya, seseorang yang sudah hampir setahun menemaniku lewat layar ponselku.
Seseorang yang kerap kali membuatku senyum-senyum sendiri.
Setelah beberapa lama aku menantinya, akhirnya Ia datang
juga. Dengan mengenakan jaket abu-abu, celana pendek warna cokelat dan sendal
jepit apa adanya. Sederhana memang dan yang masih aku ingat sampai sekarang
adalah perhatiannya. Aku mulai menyukainya sejak pertama pertemuan itu. Aku
mulai merasakan hangatnya kasih sayangnya sejak saat itu. Seseorang yang aku
harap tak akan pernah membuatku menangis. Seseorang yang aku harap akan mampu
menjadi sandaranku disaat aku lemah.
Gerimis Romantis itu,....
Tepatnya
hari Minggu yang aku telah agak lupa tanggalnya. Ia datang menemuiku untuk
menemaniku karena kedua orang tuaku tengah menunggui keponakanku di Rumah
Sakit.
Dibawah
balkon sebuah bangunan bertingkat yang masih dalam proses pembangunan itu kami
berdua duduk lesehan dengan
beralaskan sendal jepit kami. Dua anak manusia yang tengah dalam proses mencari
jati dirinya. Saat itu aku baru beberapa bulan memakai seragam putih abu-abu.
Masih segar-segarnya jadi anak SMA. Sedangkan Ia setahun lebih tua dariku, kami
berbeda sekolah. Suasana saat itu sungguh takkan pernah kulupakan. Gerimis
romantis itu tak akan pernah mampu membuatku meluputkan kenangan tentang dia
dalam benakku. Lama kami hanya mematung. Memandangi gemercik air tuhan yang
menyentuh kerak bumi yang mulai menua ini. Menikmati melodi alam yang telah
tercipta dengan apiknya. Ditemani semilir angin disekitar kami Ia mulai
memberanikan diri untuk memulai perbincangan kami. Tak terlalu banyak yang kami
perbincangkan semuanya masih agak kaku. Dan akupun belum terbiasa dengan dia
sepertinya. Dan untuk pertama kalinya Ia menggenggam tanganku. Canggung rasanya
antara ingin aku lepaskan atau tidak. Ia menggenggamku dengan erat genggaman
yang hampir sama dengan yang aku rasakan dengan kisah lamaku sebelum Ia yang telah
menghilang.
“dhe,..
“
“iyah,..
kenapa? Ada yang ingin dikatakan?”
“hmmm,...
iyah tapi mas gapernah ngelakuin ini secara langsung sama siapapun sebelume”
“apa
memang? Ngomong aja gapapa,.. J”
“kalo
mas sayang sama adhe boleh?”
“....
kenapa adhe masih banyak yang lebih baik dari adhe, kita juga baru kenal
sekitar seminggu ini”
“lho
tapikan kita udah sering smsn dari setahun yang lalu, kamu itu beda dhe, kamu
engga seperti cewe-cewe lain yang mas kenal selama ini”
“adhe
cuma takut mas cuma pengin mainin adhe, adhe cuma takut nanti mas ninggalin
adhe”
“engga
dhe mas janji mas bakalan serius sama adhe, mas bakalan jaga adhe, mau yha
mulai semuanya dari awal, mau yha jadiin mas orang yang penting dihati adhe”
“,.. “
Sejak saat itu aku mulai
merindunya, sejak saat itu aku mulai mengasihinya dengan segenap hatiku. Sejak
itu aku mulai menjaga hatiku untuknya. Untuk Ia yang telah mulai memberi warna
dihidupku.
Semuanya baik-baik saja
sampai semua peristiwa menyakitkan itu satu-persatu terkuak oleh keadaan. Sebelum
semua itu, kami pernah tertawa bersama, sebelum semua itu kami pernah miliki
mimpi yang sama.
Bersambung,…
0 komentar:
Posting Komentar