Tepat pukul 00.12 waktu semarang saat kutulis setiap barisan
kata yang mungkin bagimu tak lagi ada gunanya. Penat rasanya hatiku, hidupku
dan hari-hariku kini. Aku yang dulu selalu hidup dengan kamu sebagai alasan
untukku tetap tersenyum dan bersemangat untuk segala hal yang aku lakukan. Meski
lebih banyak terjadi pertengkaran diantara kita berdua. Aku yang terlalu
kekanak-kanakan dan tak pernah rela melihatmu bersama wanita lain. Aku yang
selalu merengek agar kau tetap tinggal. Mungkin kamu terlalu penat pula. Mungkin
kamu terlalu lelah akan sikapku.
Dan sabtu malam yang baru saja berakhir beberapa saat yang
lalu aku habiskan bersama teman-teman kosku. Dikamarku. Sepi? Tidak. Sangat ramai
bahkan. Tapi entah mengapa hati ini tak pernah diam dan duduk tenang. Ia selalu
memanggil namamu. Ia merindukanmu. Amat sangat rindu.
Masihkah surat-surat pilu yang pernah aku tuliskan untukmu? Masihkah
jaket abu-abu hadiah ulang tahun ke-17 yang aku berikan untukmu? Masihkah siluet
sederhana yang dibaliknya terdapat untaian kata pengiring usiamu yang ke-20
tahun ini? Hei aku rindu. Amat sangat rindu.
Dan bahkan kali ini kamu telah benar-benar pergi, untuk
selamanya mungkin dari hidupku. Bukankah dahulu kamu yang membuatku terjatuh
sampai sedalam ini karena hatimu? Lalu kemana kamu sekarang? Kemana kamu yang
berjanji akan berubah demi aku? Kemana kamu yang dulu selalu menjadi alasanku
untuk berjuang lebih keras dan lebih keras lagi.
Aku tau, amat sangat tau keadaanmu. Aku mengerti dan
menerima ketika kamu tak dapat memenuhi pintaku dahulu, bahkan hanya untuk
sekedar menemaniku mencari tugas-tugasku. Aku mencoba mengerti semuanya. Aku melakukannya
sendiri. Meski hati ini berkata dan mencari kemana sosokmu yang aku harapkan
untuk barang sebentar disampingku.
Bahkan aku mencoba mengerti ketika berulangkali kamu datang
dan pergi dihatiku. Meski abu-abu dahulu aku menerimanya karena aku tak pernah
memiliki alasan mengapa aku kembali memaafkanmu. Meski semua orang menyalahkan
sikapku. Karena aku pernah percaya bahwa kamu memang untukku. Karena aku pernah
percaya bahwa jatuhmu tetap dipangkuanku. Dulu.
Lalu kemana sekarang kamu pergi? Tanpa pernah mengerti
dimana letak kesalahku, kamu menghilang. Kamu menghapus aku. Semua tentangku. Inikah
akhir yang kamu cari? Bila dia (kekasihmu kini) mampu membuatmu lebih bahagia,
setidaknya ada sedikit sopan yang kau lakukan terhadapku. Ada sedikit
penjelasan dan maaf yang kau lontarkan.
Aku kamu tinggalkan dibawah hujan. Aku kamu buat menghapus
diriku dari kisah yang aku tulis sendiri. Ramadhan itu, hari terakhir bulan
Ramadhan 4 tahun yang lalu. Genggaman tangan itu. Genggaman tangan yang aku
kira akan terus menguatkanku. Pertemuan manis yang tak pernah kukira akan
berakhir sesakit ini.
Lalu kemana perginya Ia yang pernah membuatku percaya bahwa
itu cinta, benar-benar cinta. Pemuda kelas XI SMK berjamper abu-abu yang pernah mendekap sepiku. Satu-satunya pemuda
yang aku kenalkan kepada Ibu Bapakku, hingga aku harus menahan sakit itu
sendiri ketika kamu pergi.
Kamu yang pernah berjanji untuk tidak lagi pergi,
Kamu yang kini telah benar-benar pergi,..
0 komentar:
Posting Komentar