Minggu, 25 Mei 2014

KAMU PERGI,...?


Tepat pukul 00.12 waktu semarang saat kutulis setiap barisan kata yang mungkin bagimu tak lagi ada gunanya. Penat rasanya hatiku, hidupku dan hari-hariku kini. Aku yang dulu selalu hidup dengan kamu sebagai alasan untukku tetap tersenyum dan bersemangat untuk segala hal yang aku lakukan. Meski lebih banyak terjadi pertengkaran diantara kita berdua. Aku yang terlalu kekanak-kanakan dan tak pernah rela melihatmu bersama wanita lain. Aku yang selalu merengek agar kau tetap tinggal. Mungkin kamu terlalu penat pula. Mungkin kamu terlalu lelah akan sikapku.


Dan sabtu malam yang baru saja berakhir beberapa saat yang lalu aku habiskan bersama teman-teman kosku. Dikamarku. Sepi? Tidak. Sangat ramai bahkan. Tapi entah mengapa hati ini tak pernah diam dan duduk tenang. Ia selalu memanggil namamu. Ia merindukanmu. Amat sangat rindu.
Masihkah surat-surat pilu yang pernah aku tuliskan untukmu? Masihkah jaket abu-abu hadiah ulang tahun ke-17 yang aku berikan untukmu? Masihkah siluet sederhana yang dibaliknya terdapat untaian kata pengiring usiamu yang ke-20 tahun ini? Hei aku rindu. Amat sangat rindu.

Dan bahkan kali ini kamu telah benar-benar pergi, untuk selamanya mungkin dari hidupku. Bukankah dahulu kamu yang membuatku terjatuh sampai sedalam ini karena hatimu? Lalu kemana kamu sekarang? Kemana kamu yang berjanji akan berubah demi aku? Kemana kamu yang dulu selalu menjadi alasanku untuk berjuang lebih keras dan lebih keras lagi.
Aku tau, amat sangat tau keadaanmu. Aku mengerti dan menerima ketika kamu tak dapat memenuhi pintaku dahulu, bahkan hanya untuk sekedar menemaniku mencari tugas-tugasku. Aku mencoba mengerti semuanya. Aku melakukannya sendiri. Meski hati ini berkata dan mencari kemana sosokmu yang aku harapkan untuk barang sebentar disampingku.

Bahkan aku mencoba mengerti ketika berulangkali kamu datang dan pergi dihatiku. Meski abu-abu dahulu aku menerimanya karena aku tak pernah memiliki alasan mengapa aku kembali memaafkanmu. Meski semua orang menyalahkan sikapku. Karena aku pernah percaya bahwa kamu memang untukku. Karena aku pernah percaya bahwa jatuhmu tetap dipangkuanku. Dulu.

Lalu kemana sekarang kamu pergi? Tanpa pernah mengerti dimana letak kesalahku, kamu menghilang. Kamu menghapus aku. Semua tentangku. Inikah akhir yang kamu cari? Bila dia (kekasihmu kini) mampu membuatmu lebih bahagia, setidaknya ada sedikit sopan yang kau lakukan terhadapku. Ada sedikit penjelasan dan maaf yang kau lontarkan.

Aku kamu tinggalkan dibawah hujan. Aku kamu buat menghapus diriku dari kisah yang aku tulis sendiri. Ramadhan itu, hari terakhir bulan Ramadhan 4 tahun yang lalu. Genggaman tangan itu. Genggaman tangan yang aku kira akan terus menguatkanku. Pertemuan manis yang tak pernah kukira akan berakhir sesakit ini.
Lalu kemana perginya Ia yang pernah membuatku percaya bahwa itu cinta, benar-benar cinta. Pemuda kelas XI SMK berjamper abu-abu yang pernah mendekap sepiku. Satu-satunya pemuda yang aku kenalkan kepada Ibu Bapakku, hingga aku harus menahan sakit itu sendiri ketika kamu pergi.

Kamu yang pernah berjanji untuk tidak lagi pergi,

Kamu yang kini telah benar-benar pergi,..

0 komentar: